TIPS MENULIS BUKU DI PENERBIT MAYOR
Narasumber kita Bapak Joko Irawan Mumpuni dan Ibu Raliyanti dari Tim Solid Omjay (TSO) sebagai moderator. Ibu moderator akan membersamai kita di kegiatan pelatihan ini untuk meraup ilmu dari Narasumber, baik dalam hal penulisan dan juga penerbitan.
Tentu peserta semua sudah merasakan banyaknya pengalaman berharga dalam mengikuti kegiatan KBMN ini. Salah satunya bertemu teman-teman sefrekuensi di seluruh Nusantara. Yang tadinya maju mundur, malu-malu mau menulis, yang tidak percaya diri dengan tulisannya akhirnya jadi berani untuk menulis. Berani langsung mempublish di blog dan dibaca banyak orang.
Harapan
dari TSO pada pertemuan ini, peserta nanti bukan hanya 30 resumenya saja yang
publish di blog, namun semoga bapak ibu juga sudah menyicil naskah tulisannya
untuk diterbitkan menjadi buku solo.
Jangan ragu bertanya pada TSO jika bapak ibu mengalami kegalauan. Baiklah bapak ibu hebat senusantara. Sebelum memulai pelatihan, marilah kita berdoa menurut agama dan keyakinan kita masing-masing.
Susunan acara pada malam hari ini, seperti biasa:
Bapak ibu hebat senusantara, tema pelatihan malam ini benar-benar sangat menarik, yaitu Menjadi Penulis Buku Mayor.
Tentunya banyak yang ingin tahu tentang penerbit mayor dan bagaimana caranya agar naskah kita bisa tembus ke sana. Di sini di KBMN PGRI menghadirkan seorang narasumber yang benar-benar "mumpuni" bukan hanya namanya saja tapi juga pengetahuan dan profesinya di bidang penerbitan khususnya penerbit mayor. Beliau adalah Bapak Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta. Beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP. Luar biasa..
Selanjutnya Moderator mempersilahkan, kepada Bapak Joko Irawan Mumpuni, waktu dan ruang chat dipersilakan. Bapak Narasumber pun langsung menyambut dengan menyampaikan salam kepada semuanya.
Saya senang malam hari ini bisa ketemu dengan teman-teman semua di grup ini untuk dapat belajar bersama-sama bagaimana membuat tulisan yang berguna bagi siapapun yang membacanya. Jadi pada malam hari ini saya didaulat untuk berbagi pengalaman dalam acara: sharing malam hari ini. Beliau juga memotivasi peserta.
Sebelum pemaparan dimulai, Bapak Joko Irawan Mumpuni membuka materi dengan menjelaskan atau meluruskan dulu dari judul sharing kita malam ini. Istilah Buku Mayor adalah kurang tepat yang tepat adalah Penerbit Mayor. Setiap penulis mempunyai impian kalau bukunya bisa diterbitkan oleh Penerbit Mayor.
Tidak banyak jumlah Penerbit Mayor di Indonesia. Menjadi penerbit mayor memiliki kriteria yang tidak mungkin dapat diraih dalam waktu pendek, tetapi bisa sampai puluhan tahun.
Penerbit adalah Industri kreatif yang di dalamnya ada kolabarasi insan-insan kreatif seperti Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis. yang semuanya merupakan bagian dari industri kreatif
Penerbitan cetak saat ini dan mendatang akan bertambah insan-insan kreatif. Bidang lain yang akan bergabung seiring dengan perkembangan dunia penerbitan yang kini sudah mengarah pada Publisher 5,0. dimana pemanfaatan teknologi informasi sangat maju, dan sangat dibutuhkan kreator yang lebih berkualitas untuk menerbitkan karya-karya kreatif dengan cakupan yang semakin luas.
Syarat menjadi penerbit mayor:

Sebelum pemaparan dimulai, Bapak Joko Irawan Mumpuni membuka materi dengan menjelaskan atau meluruskan dulu dari judul sharing kita malam ini. Istilah Buku Mayor adalah kurang tepat yang tepat adalah Penerbit Mayor. Setiap penulis mempunyai impian agar bukunya bisa diterbitkan oleh Penerbit Mayor.
Tantangan Penerbit Mayor, Industri perbukuan di Indonesia menghadapi tantangan besar berupa rendahnya angka penjualan buku. Kondisi ini menggambarkan rendahnya tingkat literasi masyarakat yang ditandai mudahnya terserang hoax dan adu persepsi tanpa dasar data dan logika yang jelas.
Literasi yang rendah ini diungkap oleh Badan Pusat Statistik tahun 2022 yang menyebut tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia 59,52. Sedangkan durasi membaca antara 4-5 jam perminggu dan jumlah buku yang dibaca 4 – 5 per triwulan. Survey yang dilakukan PISA selalu menempatkan Indonesia pada negara urutan terbawah dalam berliterasi.

Literasi yang rendah ini disampaikan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, yang mengadakan survey Program for International Student Assessment (PISA) menempatkan Indonesia pada urutan 62 dari 70 negara yang dilibatkan.
Sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat
Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang
yang gemar membaca. Hasil riset berbeda bertajuk World’s Most Literate
Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada
Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal
minat membaca. Tentu ini sangat memprihatinkan. Selain minat baca yang rendah
ada faktor lain seperti minat tulis dan apresiasi akan hak cipta yang masih
belum menghargai penulis.



Buku cetak biasa didapat di toko buku masih menempati persentasi tertinggi yaitu 73%. Di urutan kedua buku cetak yang dibeli secara online sebanyak 55%. Di urutan ketiga buku digital yang diunduh secara gratis sebanyak 31%. Tiga urutan terakhir merupakan buku digital yang diunduh secara gratis sebanyak 27%, langganan berbayar 6% dan membeli audiobook sebanyak 2%. Hanya 1% yang membeli CD audiobook. Rendahnya audiobook dan CD audiobook mungkin karena masyarakat lebih suka membaca daripada mendengar saja.

Untuk bisa diterbitkan, penulis harus
melihat genre apa yang sedang disukai masyarakat karena tiap periode ada
ketertarikan pada tema-tema tertentu yang berubah-ubah. Ada kalanya perubahan
tema itu karena situasi yang berbeda misalnya saat pandemi Covid yang lalu,
maka kebutuhan untuk mengetahui Covid dan seluk beluknya menjadi tren.
Begitupun ketika Ghozali viral dengan penjualan fotonya, maka tren membaca NFT
meningkat. Dengan demikian penulis harus jeli melihat tren pasar. Setidaknya
ada 10 genre, menurut hasil survey, yang menjadi pilihan pembeli seperti grafis
dibawah ini.
Seperti tampak pada grafis diatas, lima genre yang menempati urutan atas adalah thriler (33%), sci-fi dan fantasi 31%, sejarah 29% dan romansa 25%. Sedangkan lima lainnya peminatnya belasan, seperti genre klasik 18%, komik 18%, kriminal 14% dan moderen 13%. Genre thriler menjadi yang teratas bisa jadi karena bisa menaikkan adrenalin pembaca. Hal ini bisa dianalogikan dengan permainan game yang membuat pemainnya tegang bercampur senang. Menurut wikipedia novel thriler diartikan sebagai alur cerita yang tokohnya jagoan melakukan aksi menantang dalam menggagalkan rencana jahat. Kekuatannya, kecerdikannya dan ketrampilannya menggunakan senjata menarik untuk diikuti.
Harga menjadi pertimbangan orang untuk membeli buku. Survey menunjukkan bahwa buku dengan harga murah dicari orang dengan persentase 57%. Orang masih membeli buku dengan harga yang masuk akal 27%. Selanjutnya hanya 10% orang yang akan membeli buku mahal dan hanya 6% orang akan membeli buku mahal sekali. Tetapi tidak ada kriteria yang pasti untuk menetapkan sebuah buku mahal atau mahal sekali. Banyak faktor yang mempengaruhi harga.




1.
Kepuasan batin yaitu buku menjadi karya
monumental yang akan dikenang sepanjang masa dan pengakuan
2.
Reputasi, buku yang terpublikasi akan
meningkatkan reputasi penulisnya
3.
Karir, bisa untuk menaikkan pangkat,
peningkatan status jabatan dan peluang karir di berbagai bidang sesuai
kemampuan penulisnya
4.
Peningkatan finansial yaitu dengan mendapat
royalti, diskon pembelian langsung dan menjadi narasumber.
Kriteria Naskah
Kriteria sebuah naskah diterbitkan khususnya di Penerbit Andi
1. Sistem penilaian di penerbitan
Bagaimana sebuah naskah diberi bobot oleh penerbit sehingga layak diterbitkan.
1) editorial
bobotnya 10%
2) peluang
potensi pasar bobot 50 – 100%
3) keilmuan bobot 30%
4) reputasi penulis bobot 10 – 100%
2. Hubungan penulis dan tema tulisan
1) Tema tidak populer tapi penulis populer, kemungkinan besar diterima
2) Tema populer dan penulisnya populer pasti diterima
3) Tema populer tapi penulis tidak populer mungkin diterima
4) Tema dan penulis sama-sama tidak populer, ditolak
Trend pada tema seputar Matematika
Untuk berada di tren pencarian, bisa memilih kata yang sering muncul, misalnya kata marketing atau pemasaran, online atau dalam jaringan, offline atau luring, dsb.

Tren tema yang saat ini sedang viral, misalnya Openai dengan chatGPT-nya.

Selain dari sisi tema, penerbit mayor juga akan mempertimbangkan jumlah sitasi tulisan yang dimuat di scholar. Umumnya bila jumlah sitasi diatas 2000, maka penerbit akan meminta naskah penulis untuk diterbitkan.

Kaidah selingkung atau in house style adalah tata tulis baku yang ditetapkan oleh penerbit agar semua buku yang diterbitkan mempunyai kesamaan gaya. Kaidah ini mencakup diksi dan format. Hal ini bisa menjadi ciri khas atau bahkan branding penerbit. Pembaca setia biasanya langsung bisa mengenali ciri tersebut. Penerbit Andi tidak menerapkan kaidah selingkung tertentu, tergantung pada penulisnya dalam menuangkannya di naskah. Semua bisa digunakan sesuai dengan bidang ilmu yang ditulis. Tetapi untuk pengutipan dan daftar pustaka ada kaidah yang harus diterapkan secara konsisten untuk setiap terbitan. Contoh kaidah selingkung antara lain American Language Association (ALA), Michigan Language Association (MLA), Chicago Manual Style (CMS), American Psychology Association (APA), Vancouver Style, Harvard Style, dsb.
Menentukan Oplah Buku
Buku dengan tema yang mempunyai life cyle panjang ditunjang penulis populer akan sangat disukai penerbit. Buku ini biasanya berkaitan dengan keilmuan yang selalu menjadi buku pegangan perkuliahan. Penerbit akan berhati-hati dengan tema buku yang mempunyai lifecycle pendek meskipun temanya populer seperti tema batu akik, tanaman aglonema, dll. Kwadran berikut digunakan untuk menentukan jumlah buku yang akan dipasarkan. Pada umumnya penerbit akan mencetak 3000 eksemplar untuk disebar ke toko-toko buku kemudian diamati jumlah penjualan. Apabila dalam 3 bulan buku tersebut tidak laku maka buku itu akan ditarik. Ini terkenal dengan sebutan Kutukan 3000 eksemplar. Apabila buku tersebut laku makan akan dicetak ulang sebanyak 5000 exemplar.
Kedua tipe penulis tersebut sama baiknya, masing-masing punya
kelebihan dan kekurangan. Penulis lama maupun pemula sama-sama mempunyai
peluang untuk diterbitkan di penerbit mayor. Bagi penulis pemula, sebaiknya
ikut dalam komunitas yang salah satu atau beberapa anggotanya sering tembus di
penerbit mayor. Sehingga pemula tersebut bisa menulis bersama. Menggunakan
platform menulis online untuk memulia menulis sangat dianjurkan untuk menjaring
pembaca sehingga ketika naskahnya dibukukan sudah tampak calon
pembelinya.
Untuk bisa sampai menembus penerbit mayor tentu saja penulis harus menghasilkan karya, mulai menulis sampai selesai. Memilih genre dan tema yang menjadi kecenderungan masyarakat pembaca. Selain itu juga mempunyai kemampuan menggunakan bahasa yang bisa diterima sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan. Penulis yang sudah menghasilkan karya ada di jenjang teratas seperti digambarkan berikut:

Pertanyaanya sampai di level manakah para peserta KBMN? Harapannya, setelah mengikuti pelatihan menulis, seluruh peserta ada di level teratas dengan menghasilkan buku solo.
Penjelasan tambahan dari Bapak Narasumber melalui sesi tanya jawab:
1) Saat penulis mengirim
naskah untuk dibuat buku ,ada penilaian
naskah dari penerbit, akhirnya bisa diterima namun bisa juga ditolak, alasan
kebanyakan ditolak karena tema yg ditulis tidak lagi trend atau penulisnya
belum memiliki reputasi sehingga menurut penerbit buku itu akan tidak laku.
2) Jika menulis
tema populer dan karena keterbatasan ilmu maka bisa menukil dari banyak
referensi untuk sumber tulisan dan tentunya hal itu dimasukkan ke daftar
pustaka.
3) Tidak ada
satupun buku ilmiah yang ditulis tanpa referensi sumber yang lain. Jadi buku
yang kontennya mensitasi dari buku lain itu sah dan tidak ada pengaruhnya
diterima atau tidak. Kecuali buku itu hasil plagiasi dari sumber lain,
pasti naskah akan kami kembalikan.
4) Langkah awal
membuat bisnis penerbit buku dan yang harus disiapkan adalah buat perusahaan
resmi misal CV, mendaptar sebagai anggota IKAPI. Syarat2 dasar tersebut untuk
mengurus ISBN. Syarat lain tentunya modal kerja.
5) Setelah melihat paparan prof, jujur saya langsung merinding, ingat dosen waktu kuliah. Sungguh sangat rumit proses untuk menjadi penulis, dengan seleksi yg begitu ketat dan menggunakan 'standar' pemasaran tanpa satupun ideologi yg tersisa. Jadi menulis itu memang tentang 'pasaran'. Penulis pemula peluangnya sama dengan penulis senior, kadang penulis pemula bak emas yang ditemukan dari dalam lumpur.
6) Saran kepada penulis pemula, agar tulisan tidak mungkin ditolak, sebaiknya bergabung dengan penulis senior yang mau membimbing dan namanya mau dicantumkan dalam buku itu, contoh pembimbing yang baik hati adalah Prof.EkoJi.
Menulis itu tidak perlu persiapan, tidak ada syarat khusus. Mulailah menulis dari sekarang, karena salahpun masih bisa dikoreksi
(Joko Irawan Mumpuni)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah (Pramoedya Ananta Toer)
Katakan pada Dilan, yang berat itu bukan rindu, tetapi menulis buku.
Biarlah aku saja yang menanggungnya (Joko Irawan Mumpuni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar