MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH
Malam ini narasumber kita adalah Bapak Eko Daryono, S.Pd. dengan panggilan akrabnya Mr. Yons. Beliau adalah sosok guru yang tergerak menggerakkan dan membawa dampak bagi dirinya serta lingkungan. Selain sebagai pengajar, beliau juga sebagai penulis, narasumber, dan memiliki berbagai prestasi luar biasa.
Adapun
materi malam ini adalah “Menulis Buku dari Karya Tulis Ilmiah”, lebih tepatnya
“Menerbitkan Buku dari Karya Tulis Ilmiah”. Tema materi yang sekilas teoritis
dan membuat pusing karena tidak ada standarisasi konversi karya tulis ilmiah
menjadi buku. Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan
oleh para Widyaiswara, Peneliti LIPI, dan pakar menulis, akhirnya mengerucut
pada standar isi buku. Walaupun standar tersebut sifatnya tetap fleksibel
karena beda penulis terkadang beda persepsi.
Selanjutnya,
Mr. Yons mengawali dengan pertanyaan apa karya
tulis ilmiah itu? Karya tulis ilmiah dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor
2 Tahun 2014 merupakan tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review),
kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorang atau kelompok
yang memenuhi kaidah ilmiah. Dengan demikian, karya tulis ilmiah berupa tulisan
perseorang atau kelompok hasil ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang
memenuhi kaidah ilmiah.
Mr. Yons menjelaskan bahwa karya tulis atau Karya Tulis Ilmiah (KTI) ada beberapa macamnya: ada KTI buku dan KTI non-buku. KTI buku termasuk di dalamnya buku bahan ajar (diktat, modul, buku ajar, buku referensi dsb), buku pengayaan (monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan), dan juga Buku kompilasi ( seperti bunga rampai). Sedangkan yang termasuk KTI non-buku adalah KTI bidang akademis (tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi dll), KTI hasil penelitian (PTK, PTS, makalah, artikel, jurnal dsb), KTI berupa ulasan atau resensi lainnya.
Semua jenis KTI tersebut bisa dijadikan buku, hanya saja perlu sedikit polesan agar buku yang dimunculkan menjadi lebih menarik dan enak dibaca. Namun sebelum memaparkan kembali apa yang disampaikan Mr. Yons mengenai bagaimana mengkonversi KTI menjadi buku, perlu sekali untuk mengingat kembali apa yang disampaikan beliau tentang beberapa hal sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi KTI tersebut menjadi buku.
Beberapa
hal tersebut adalah:
a) Keaslian laporan hasil penelitian. Harus dipastikan orisinalitas
laporan tersebut
b) Menghindari kompilasi yang terlalu banyak.
c) Memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Yakni menyajikan
data yang valid dan matang saja
d) Modifikasi bahasa buku
e) Menghindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat
yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
f) Menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan
dalam buku untuk mendukung keabsahan buku
g) Memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN
Hal di atas adalah langkah pendahuluan sebelum dan selama proses menjadikan Karya Tulis Ilmiah.
Langkah selanjutnya adalah cara mengkonversi KTI menjadi buku. Langkah ini bersifat lebih praktis dan berkaitan langsung dengan Karya Tulis Ilmiah yang akan dijadikan buku.
Mr. Yons menyampaikan beberapa
langkah, diantaranya:
1. Memodifikasi Judul. Judul KTI biasanya bersifat formal dan ilmiah
sesuai kaidah penelitian namun akan menjadi terlihat kering jika tetap
dijadikan judul buku
2. Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan. Hal ini terutama pada
KTI non-buku yang laporannya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang
baku
3. Modifikasi Bab I. Biasanya bab ini berisi pendahuluan. Pada bab ini
diperlukan tampilan judul yang menarik
4. Modifikasi Bab II. Berbagai pembagian yang bersifat pointer menjadi
bab dan sub bab tidak diperlukan lagi. Titik tekannya lebih pada bagaimana
mengurai latar belakang menjadi lebih menarik
5. Modifikasi Bab III. Oleh karena bab ini biasanya fokus pada metode,
maka bisa saja dimasukkan ke dalam bab II di atas atau bisa juga pada awal
pembahasan. Jika memang begitu, bisa juga dihilangkan
6. Modifikasi Bab IV. Ini adalah pembahasan inti. Walaupun demikian,
tetap saja judulnya harus disesuaikan dengan konteks buku
7. Modifikasi Bab V. Merupakan penutup dari pembahasan, namun untuk
menambah kualitas dan daya tarik, pada bab ini perlu juga ditambahkan dengan
temuan yang terkait dengan hasil penelitian.
8. Modifikasi Lampiran. Yaitu instrumen penelitian dan/ atau data
valid yang mendukung. Jika ada data-data yang masih meragukan atau tidak
terlalu jelas, lebih baik tidak perlu dicantumkan
Beliau juga menambahkan bahwa tidak semua KTI itu berbentuk buku. PTK, PTS, tugas akhir, skripsi, tesis, desertasi dapat juga diwujudkan dalam bentuk laporan hasil penelitian yang dipublikasikan terbatas pada kalangan tertentu. Selanjutnya, Pak Eko menambahkan penjelasan tentang struktur penulisan KTI.
Meskipu secara bahasa, sangat ilmiah tetapi tetap harus dimodifikasi sehingga bahasa yang digunakan di dalam buku tersebut bersifat luwes, lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti "penelitian ini", "peneliti", "teman sejawat", atau pun "penulis".
Pada sesi pelatihan kali ini, kita juga dipandu untuk memodifikasi Judul dari karya ilmiah kita. Secara umum, sebuah karya ilmiah harus mengandung unsur : variabel penelitian, objek penelitian, dan latar penelitian (baik latar tempat maupun waktu).
Selain itu, judul buku hasil konversi juga harus memiliki daya tarik dan daya jual yang kental sehingga bersifat unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku secara keseluruhan.
Pada penulisan KTI non buku yang berupa laporan hasil penelitian, penulis perlu menjabarkannya dalam sistematika dan penomoran bab yang baku. Saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi dengan gaya penulisan buku yang tepat. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.
Pak Eko menambahkan pentingnya kehati-hatian dalam menuliskan narasi pada isi buku terutama jika KTI tersebut digunakan untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN. Selain itu, ada hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku yakni keaslian laporan hasil penelitian.
Tindakan Plagiat tidak dibenarkan. Apalagi terlebih pada karya tulis seperti PTK yang pasti, harus, dan selalu dicek keasliannya. Penulis juga harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan adalah original atau hasil karya penulis itu sendiri.
Untuk pengecekan plagiarisme KTI seperti skripsi, tesis, dan desertasi akan dicek menggunakan sistem plagiat khusus. Hal lain yang perlu diperhatikan saat mengkonversi PTI adalah menghindari kompilasi yang terlalu banyak, termasuk pada pernyataan yang merupakan pendapat ahli.
Selanjutnya, penulis mengembangkan karya tulisnya dengan analisis dari sudut pandang penulis. Tak henti-hentinya, Pak Eko mengingatkan bahwa kegiatan menyadur langsung pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan cara mengubah gaya penulisan kutipan.
Sebagai penutup, Pak Eko berpesan agar setiap penulis memperhatikan kaidah ilmiah dalam penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan digunakan untuk kenaikan pangkat bagi guru ASN.
"Semoga menghasilkan karya ilmiah berbobot dan bermanfaat bagi masyarakat"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar