Selasa, 31 Januari 2023

KBMN-RESUME 4-MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH

MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH

Gelombang  :  28
Pertemuan  :   4
Tanggal        :   Senin, 16  Januari  2023
Tema            :   Menulis Buku Dari Karya Ilmiah
Narasimber :   Eko Daryono, S.Pd. (Mr.Yons)
Moderator   :   Nur Dwi Yanti, S.Pd (Ibu Ndy)

Malam ini narasumber kita adalah Bapak Eko Daryono, S.Pd. dengan panggilan akrabnya Mr. Yons. Beliau adalah sosok guru yang tergerak menggerakkan dan membawa dampak bagi dirinya serta lingkungan. Selain sebagai pengajar, beliau juga sebagai penulis, narasumber, dan memiliki berbagai prestasi luar biasa. 

Adapun materi malam ini adalah “Menulis Buku dari Karya Tulis Ilmiah”, lebih tepatnya “Menerbitkan Buku dari Karya Tulis Ilmiah”. Tema materi yang sekilas teoritis dan membuat pusing karena tidak ada standarisasi konversi karya tulis ilmiah menjadi buku. Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para Widyaiswara, Peneliti LIPI, dan pakar menulis, akhirnya mengerucut pada standar isi buku. Walaupun standar tersebut sifatnya tetap fleksibel karena beda penulis terkadang beda persepsi.

Selanjutnya, Mr. Yons mengawali dengan pertanyaan apa karya tulis ilmiah itu? Karya tulis ilmiah dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014 merupakan tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorang atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah. Dengan demikian, karya tulis ilmiah berupa tulisan perseorang atau kelompok hasil ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang memenuhi kaidah ilmiah.

Mr. Yons menjelaskan bahwa karya tulis atau Karya Tulis Ilmiah (KTI) ada beberapa macamnya: ada KTI buku dan KTI non-buku. KTI buku termasuk di dalamnya buku bahan ajar (diktat, modul, buku ajar, buku referensi dsb), buku pengayaan (monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan), dan juga Buku kompilasi ( seperti bunga rampai). Sedangkan yang termasuk KTI non-buku adalah KTI bidang akademis (tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi dll), KTI hasil penelitian (PTK, PTS, makalah, artikel, jurnal dsb), KTI berupa ulasan atau resensi lainnya.

Semua jenis KTI tersebut bisa dijadikan buku, hanya saja perlu sedikit polesan agar buku yang dimunculkan menjadi lebih menarik dan enak dibaca. Namun sebelum memaparkan kembali apa yang disampaikan Mr. Yons mengenai bagaimana mengkonversi KTI menjadi buku, perlu sekali untuk mengingat kembali apa yang disampaikan beliau tentang beberapa hal sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi KTI tersebut menjadi buku.

Beberapa hal tersebut adalah:

a)    Keaslian laporan hasil penelitian. Harus dipastikan orisinalitas laporan tersebut

b)    Menghindari kompilasi yang terlalu banyak. 

c)    Memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Yakni menyajikan data yang valid dan matang saja

d)    Modifikasi bahasa buku 

e)   Menghindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah

f)  Menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku 

g)  Memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN


Hal di atas adalah langkah pendahuluan sebelum dan selama proses menjadikan Karya Tulis Ilmiah. 

Langkah selanjutnya adalah cara mengkonversi KTI menjadi buku. Langkah ini bersifat lebih praktis dan berkaitan langsung dengan Karya Tulis Ilmiah yang akan dijadikan buku. 


Mr. Yons menyampaikan beberapa langkah, diantaranya:

1.  Memodifikasi Judul. Judul KTI biasanya bersifat formal dan ilmiah sesuai kaidah penelitian namun akan  menjadi terlihat kering jika tetap dijadikan judul buku

2. Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan. Hal ini terutama pada KTI non-buku yang laporannya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku 

3.  Modifikasi Bab I. Biasanya bab ini berisi pendahuluan. Pada bab ini diperlukan tampilan judul yang menarik

4. Modifikasi Bab II. Berbagai pembagian yang bersifat pointer menjadi bab dan sub bab tidak diperlukan lagi. Titik tekannya lebih pada bagaimana mengurai latar belakang menjadi lebih menarik

5.  Modifikasi Bab III. Oleh karena bab ini biasanya fokus pada metode, maka bisa saja dimasukkan ke dalam bab II di atas atau bisa juga pada awal pembahasan. Jika memang begitu, bisa juga dihilangkan 

6. Modifikasi Bab IV. Ini adalah pembahasan inti. Walaupun demikian, tetap saja judulnya harus disesuaikan dengan konteks buku

7.  Modifikasi Bab V. Merupakan penutup dari pembahasan, namun untuk menambah kualitas dan daya tarik, pada bab ini perlu juga ditambahkan dengan temuan yang terkait dengan hasil penelitian. 

8.  Modifikasi Lampiran. Yaitu instrumen penelitian dan/ atau data valid yang mendukung. Jika ada data-data yang masih meragukan atau tidak terlalu jelas, lebih baik tidak perlu dicantumkan


   Beliau juga menambahkan bahwa tidak semua KTI itu berbentuk buku. PTK, PTS, tugas akhir, skripsi, tesis, desertasi dapat juga diwujudkan dalam bentuk laporan hasil penelitian yang dipublikasikan terbatas pada kalangan tertentu. Selanjutnya, Pak Eko menambahkan penjelasan tentang struktur penulisan KTI.


Meskipu secara bahasa, sangat ilmiah tetapi tetap harus dimodifikasi sehingga bahasa yang digunakan di dalam buku tersebut bersifat luwes, lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti "penelitian ini", "peneliti", "teman sejawat", atau pun "penulis".

Pada sesi pelatihan kali ini, kita juga dipandu untuk memodifikasi Judul dari karya ilmiah kita. Secara umum, sebuah karya ilmiah harus mengandung unsur : variabel penelitian, objek penelitian, dan latar penelitian (baik latar tempat maupun waktu).

Selain itu, judul buku hasil konversi juga harus memiliki daya tarik dan daya jual yang kental sehingga bersifat unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku secara keseluruhan. 

Pada penulisan KTI non buku yang berupa laporan hasil penelitian, penulis perlu menjabarkannya dalam sistematika dan penomoran bab yang baku. Saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi dengan gaya penulisan buku yang tepat. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.

Pak Eko menambahkan pentingnya kehati-hatian dalam menuliskan narasi pada isi buku terutama jika KTI tersebut digunakan untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN. Selain itu, ada hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku yakni keaslian laporan hasil penelitian. 

Tindakan Plagiat tidak dibenarkan. Apalagi terlebih pada karya tulis seperti PTK yang pasti, harus, dan selalu  dicek keasliannya. Penulis juga harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan  adalah original atau hasil karya penulis itu sendiri. 

Untuk pengecekan plagiarisme KTI seperti skripsi, tesis, dan desertasi akan dicek menggunakan sistem plagiat khusus. Hal lain yang perlu diperhatikan saat mengkonversi PTI adalah menghindari kompilasi yang terlalu banyak, termasuk pada pernyataan yang merupakan pendapat ahli. 

Selanjutnya, penulis mengembangkan karya tulisnya dengan analisis dari sudut pandang penulis. Tak henti-hentinya, Pak Eko mengingatkan bahwa kegiatan menyadur langsung pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan cara mengubah gaya penulisan kutipan.

Sebagai penutup, Pak Eko berpesan agar setiap penulis memperhatikan kaidah ilmiah dalam penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan digunakan untuk kenaikan pangkat bagi guru ASN. 

"Semoga menghasilkan karya ilmiah berbobot dan bermanfaat bagi masyarakat"


 

Minggu, 29 Januari 2023

KBMN-RESUME 9 - MUDAHNYA MENULIS SEENAK NGEMIL

MUDAHNYA MENULIS SEENAK NGEMIL


Gelombang  :  28
Pertemuan  :   9
Tanggal        :   27  Januari  2023
Tema            :   MUDAHNYA MENULIS SEENAK NGEMIL
Narasimber :   Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I
Moderator   :   Lely Suryani, S.Pd.SD

Apakah setiap penulis pemula memiliki permasalahan dan pertanyaan atau mungkin kendala yang sama? Misalnya bagaimana cara memulai menulis? Bagaimana menemukan ide menulis yang bermutu? Atau rasa tidak percaya diri yang benar-benar menghantui diri? Bahkan hingga buku solo yang dia tulis sudah tercetak menjadi sebuah buku atau bisa jadi sudah mengikuti menulis buku antologi hingga menghasilkan puluhan buku, namun tetap saja bergelayutan pertimbangan dan keraguan dalam berkarya tulis.

Mari ikuti tulisan ini, hasil dari pelatihan saya bersama KBMN gelombang 28 dengan narasumber Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I. Beliau memberikan banyak penjelasan agar penulis pemula mampu menulis bahkan dapat diibaratkan menulis itu mudah seenak ngemil. Menulis itu mudah semudah ngemil. Ngemil dalam bahasa daerah Jawa Tengah adalah tindakkan orang yang sedang makan. Namun bukan makan nasi, melainkan cemilan makanan kecil yang tidak pernah kenyang, jadil meskipun sudah menghabiskan satu toples kacang atau keripik atau kue-kue kecil lainnya sampai ludes namun tetap tidak mau berhenti, dan tetap makan dan makan lagi. Nah menurut beliau menulis itu semudah dan seenak ngemil. 

Moderator malam ini Ibu Lely Suryani, beliau adalah seorang penulis, guru, dan banyak keaktifan lain yang digelutinya.

Kegiatan dimulai diawali dengan doa. 
Bapak Prof. Dr. Ngainun Naim.M.H.I sudah siap untuk memberikan materi dan siap menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dari para penulis pemula peserta pelatihan KBMN 28. Selanjutnya mari kita cermati paparan materi dan jawaban pertanyaan-pertanyaan para penulis pemula bersama narasumber.  

Sebelum menjawab pertanyaan peserta, Prof.Dr. Ngainun Naim, M.H.I menginformasikan banyak ilmu tentang menulis, juga informasi bahwa beliau telah banyak menghasilkan karya diantaranya karya berupa 47 buku, di samping itu beliau juga memiliki Spiritliterasi.id yang banyak berisi gagasan dan dokumentasi karya-karya beliau terkait dengan dunia literasi.


Menurut beliau menulis bisa dimulai dari latihan menuliskan kisah-kisah keseharian. Pengalaman sehari-hari merupakan lahan yang bagus dan subuh adalah waktu yang bagus untuk kita mencari bahan untuk menulis. 

Beliau mencontohkan dengan mengawali pertemuan ini dengan menceritakan kisah tentang suasana Ramadhan di alun-alum Trenggalek. Sebagai narasumber hebat pada pertemuan ke 9 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) gelombang 28, beliau akan mengupas tuntas dan menjawab semua kendala dalam menulis terutama bagi penulis pemula. 

Jangan takut menulis atau merasa tulisan kita jelek, sehingga saat menulis kita sering mengedit dan merevisi tulisan kita. Sebaiknya tulis saja apa-apa yang ada di pikiran kita, dan jangan selalu ingin merevisi atau mengeditnya. 

Tumbuhkan semangat menulis. Menulis itu bisa dilakukan dengan mengungkapkan semua ide yang ada dan menuangkannya dengan pandangan tentang hal-hal kita pahami dan kita mengerti. 
Hal yang perlu dicermati adalah sebagai berikut:
 Kunci berikut inilah yang harus dijalankan agar menulis menjadi lebih mudah;
1. Awali menulis dengan yang kita sukai dan kita kuasi,
2. Mulailah menulis dari hal-hal yang sederhana,
3. Tulislah apa yang kita alami,
4. Dalam menulis jangan takut salah
5. Jangan khawatir atau takut tidak disukai orang tetapi takutlah jika tidak menulis. 
6. Menulislah dengan menuangkan segala ada yang dipikirkan secara bebas, misalnya menulis tentang perjalanan. 

Dalam menulis juga kita harus bangun komitmen, Upayakan menulis biarpun hanya memberikan berkomentar, dan biasakan untuk menulis setiap hari, Menulis awalnya mungkin sulit, namun karena terbiasa akan menjadi mudah.

Selanjunya mari kita cermati kutipan dari Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I :

_Orang yang beralasan tidak ada waktu luang untuk menulis, bisa dipastikan ketika ada waktu luang pun dia tidak akan menulis._

(Ngainun Na'im, KBMN-28, 27 Januari 2023)

Dari kutipan beliau kita dapat belajar bahwa untuk menulis, kemauan yang kuat dan tentunya pembiasaan diri untuk menulis, jadikan menulis menjadi kebutuhan sehingga kita pasti akan haus dan lapar untuk segera melakukannya.

Alangkah baiknya jika semua hasil tulisan kita walaupun sederhana namun silahkan ditulis di komputer atau simpanlah file di dalamnya. Tunggu hingga suasana hati tenang dan santai baru kita buka kembali tulisan kita. Kemudian kita baca dan jika ada yang perlu diubah/diedit maka kita lakukan. Jika perlu ditambahkan agar tulisan menjadi semakin bagus dan sesuai dengan pemikiran kita.

Tulisan merupakan jejak perjalan seorang penulis, maka sebaiknya usahakan tulisan seminimal mungkin memuat hal-hal yang tidak sesuai dengan pola pikir dan kepribadian penulis.

Prof.Dr. Ngainun Na'im. M.H.I. menekankan agar menulis itu tidak perlu menunggu mood, namun tetap berusaha mendisiplinkan jiwa, meskipun awalnya terasa dipaksakan akan tetapi jika terus menerus dilaksanakan maka menulis akan terasa menjadi kebutuhan. 
Menurut Prof.Dr. Ngainun Na'im. M.H.I "menulis berasa ngemil".

Beliau mencontohkan kesehariannya yang menulis di kompasiana minimal 3 sampai 5 paragraf perhari sedangkan artikel atau jurnalnya sebanyak satu paragraf.  Beliau juga mengatur dimana dan kapan waktunya menulis. Saran beliau, cobalah menulis setiap hari selama tiga bulan maka akan terasa betul menulis itu seperti ngemil dan menjadi kebutuhan. 

Lawan musuh terbesar dalam menulis yakni "diri sendiri". Perlu diperhatikan juga tentang upaya untuk meningkatkan mutu tulisan kita dengan banyak belajar dan mencari refrensi yang sesuai dengan materi yang akan kita tulis. 

Prof.Dr. Ngainun Na'im. M.H.I juga menjelaskan, " ada tiga langkah tepat yang bisa ditempuh dalam menulis, yaitu:
1. Buatlah panduan untuk tulisan
2. Tulislah hal hal yang kita alami
3. Tulis tentang perjalanan kita
4. Jadikan menulis itu serasa ngemil, rasakan sensasinya sehingga tanpa kita sadari kita sudah memiliki banyak tulisan.   
5. Susnlah menjadi buku, jika tulisan yang sedikit demi sedikit itu dikumpulkan maka lama kelamaan akan bisa disusun menjadi buku. 

"Mari Menulis " 
Sebagai kata penutup dari beliau buat motivasi untuk seluruh pelatihan menulis









 

Rabu, 25 Januari 2023

KBMN-RESUME 8-KOMITMEN MENULIS DI BLOG

 KOMITMEN MENULIS DI BLOG

Gelombang         :  28

Resume ke          :  8

Tanggal               :  25   Januari  2023

Tema                   :  Komitmen Menulis di Blog

Narasumber         :  Drs. Dedi Dwitagama, M.Si.

Moderator            : Sigid PN, S.H.

Pertemuan pelatihan menulis kali ini terasa makin special, karena berbeda dengan pertemuan sebelum- sebelumnya karena pertemuan kali ini menggunakan zoom. Satu kata amazing zoom lagi ini yang saya tunggu karena bisa bertatap langsung dengan narasumber, meski hanya melalui aplikasi zoom, namun tetap semangat mengikutinya karena tema yang disampaikan sangat sesuai dengan kebutuhan  dunia informasi digital saat ini yaitu menulis di blog.

Pemateri malam mini adalah bapak Drs. Dedi Dwitagama, M.Si. Dengan tema Komitmen Menulis Blog. Beliau adalah seorang pendidik, trainer, penulis, motivator dan blogger tentunya. Beliau menulis sejak tahun 2005 sampai saat ini sudah menulis banyak buku, sudah jalan-jalan ke dalam dan luar negeri, dan pastinya sudah menghasilkan banyak cuan dari tulisan beliau di blog.

Bapak Dedi ini salah satu guru paling asik, gaul, keren, kreatif, dan cerdas. Beliau mengajar sebagai guru Bimbingan Konseling di sekolah saya yaitu SMKN 50 Jakarta. Pak Dedi bisa dibilang guru idaman murid. Selain mengajarnya santai beliau juga ramah.

Pendidikan yang telah dilaluinya antara lain :

• 2001 : Magister Sains Matematika Industri Jurusan Statistik – ITS Surabaya

• 1998 : Magister Manajeman SDM STIE IPWI Jakarta

• 1995 : Sarjana Pend. Matematika FP.MIPA IKIP Jakarta

• 1987 : Diploma III Pend. Matematika IKIP Jakarta

• 1983 : Jurusan IPA – SMA Negeri 35 Jakarta

• 1979 : SMP Negeri 19, Kebayoran, Jakarta

• 1976 : SD Mekarsari, Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Dari sedikit informasi di atas sudah dapat dibilang bahwa Bapak Dedi Dwitagama memang pendidik yang mantap. Beliau berhasil menjadi guru berprestasi lalu menjadi kepala sekolah berprestasi. Menurut beliau, dari 3,31 juta guru di Indonesia, sangatlah sedikit guru yang hebat karena tidak produktif. Mereka masih kalah dengan sandal jepit yang ada jejaknya di internet.”  

“Menurut Pak Dedi, banyak guru yang tidak meninggalkan jejak, gara-gara guru tersebut tidak produktif. Coba guru tersebut menuliskan segala ide dan juga cerita atau pengalamannya ke dalam blog. Pasti ada jejaknya. Jaman sekarang, menulis buku saja tidak cukup. Kita harus bisa menulis di blog. Saat menunggu kereta atau di sela-sela waktu kosong.”

Bagaimana sih agar bisa konsisten  menulis di blog?

Caranya:

1. Tinggal tentukan tujuan menulis di blog

2. Kemudian fokus pada tujuan

3. Membuat outline

4. Mulailah menulis

5. Setelah itu langsung di publikasikan tulisannya.

Dalam menulis blog bisa dimulai dari yang sederhana, misalnya dengan memfoto lingkungan sekolah maupun kegiatan sekolah atau kegiatan social terus upload di blog disertai tulisan yang tidak usah banyak-banyak. Cukup satu atau dua alinea saja. Yang penting dilakukan secara rutin menulisnya.

Bapak Dedi menyampaikan bahwa “blog adalah sejenis jurnal yang dionlinekan.” Sebelum ke materi pak Dedi memberitahukan bahwa beliau telah melakukan presentasi sebanyak 1.204 persentasi sejak 1990. Tentu saja hal tersebut sangat luar biasa dan keren.

Target beliau malam ini adalah menginspirasi peserta pelatihan untuk produktif dalam berinternet yang berfokus pada menulis di blog.

Sebagai pembuka pikiran peserta beliau menceritakan, siswa/mahasiswa yang menyukai seorang professor mengajar dengan alasan mengajar sepenuh hati, cara mengajar yang profesional, cara megajar yang menyenangkan dan masih banyak lagi alasan lainnya. Tapi sayang walupun sang professor sangat baik dalam mengajar kalah saing kalah negetop sama sandal jepit. Mengapa bisa demikian? Karena sandal jepit banyak diposting di media social salah satunya blog sehingga begitu dicari di google maka akan muncul mulai dari gambar, deskripsi dan hal yang berkaitan dengan sandal jepit. Sehingga begitu diketik sandal jepit, maka akan muncul semua hal yang berkaitan dengan sandal jepit. Sedangkan nama professor tidak ada di laman pencarian google karena beliau tidak pernah menulis maupun memposting apa pun mengenai dirinya di media social khususnya blog.

Beliau juga mengungkapkan bahwa dari 3.31 juta guru penggerak di Indonesia sangat sedikit yang menjadi guru hebat dikarenakan guru penggerak tersebut tidak produktif. Dikatakan produktif jika mendatangkan hasil, manfaat, seperti buku, cuan, menjadi narasumber yang bisa keliling Indonesia bahkan ke luar negeri dengan gratis tis tis.

Hal-hal yang bisa menghambat seseorang menjadi produktif menurut beliau yaitu

1. Terlalu nyaman dengan posisi atau pekerjaan yang sudah ada.

2. Terlalu serius.

3. Tidak punya waktu buat diri sendiri karena terlalu fokus mengejar karir.

 

Dari tiga penghambat tersebut, sehingga seseorang tidak ingin merubah atau berusaha menjadi sesuatu yang bisa membuatnya menjadi lebih hebat. Bukakah pepatah mengatakan Gajah mati meninggalkan gadingnya, Harimau mati meninggalkan belangnya, dan Manusia mati meninggalkan Namanya. Bagaimana orang mau mengenal namanya jika beliau tidak produktif tidak menjadi sesuatu? Sehingga beliau tidak memiliki jejak yang bisa ditelusuri oleh orang banyak seperti sandal jepit. 

Ciri-ciri orang hebat yang disampaikan bapak Dedi adalah


1.Produktif

  Jika punya ide maka langsung tulislah. Jika punya visi yang bagus maka kembangkan sehingga

   menjadi suskses.


2. Percaya diri

Jadilah seperti helder yang sangat percaya diri di antara kucing.


Tips konsisten menulis blog yang beliau sampaikan malam ini:

1.     Menentukan tujuan

2.     Fokus

3.     Membuat outline (ide, pikiran utama)

4.     Mulai menulis

5.     Selesaikan

6.     Upload/publish

7.     Ikut komunitas

8.     Baca tulisan orang lain

9.     Terus menulis

10.  Memperkenalkan diri

11.  Perkenalkan perjalanan karir anda

12.  Tentukan pilihan

13.  Networking

14.  Menceritakan hal yang istimewa

15.  Mulailah dengan hati-hati, bersyukur dan berdoa

Beliau juga menyampaikan sebaiknya menulis jangan hanya di satu blog, menulislah di blog yag lain, IG, FB, upload video di Youtube, Tik-tok dan media social lainnya agar jika blog atau satu media social yang kita punya hilang atau tutup/bangkrut kita masih punya file di media sosial yang lain. 

Di akhir pertemuan beliau menyampaikan pesan,

Mulailah hari dengan bersyukur. Nikmati dan syukuri yang sudah ada.”


KBMN-RESUME 7 - TIPS SUKSES MENGUSIR WRITER'S BLOCK


TIPS SUKSES MENGUSIR WRITER'S BLOCK 


Gelombang    :  28

Resume          :    7

Tanggal          :  23  Januari  2023

Tema               : Tips Sukses Mengusir Writer’s Block

Narasumber    : Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr

Moderator       : Ibu Raliyanti, S.Sos, M.Pd


Dengan mengucapkan Alhamdulillah hirobbil alamiin saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga saya dapat mengikuti kegiatan Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) Gelombang 28 bersama penulis-penulis hebat dan tim solid Omjay. Tidak terasa dengan berjalannya waktu belajar kita sudah memasuki pertemuan ke 7.

Omjay memberikan semangat kepada peserta KBMN gelombang 28 di dalam kesulitan itu pasti ada kemudahan namun sebaliknya didalam kemudahan itu justru ada kesulitan. Kita sendiri yang menciptakan kesulitan demi kesulitan sehingga hidup menjadi terasa sulit.

Om Jay berharap, semoga banyak peserta yang lulus di gelombang 28 ini karena mereka fokus dan membaca dengan seksama informasi yang ada dalam wa grup ini tak ada penulis yang malas membaca ingatlah selalu mantra ajaib omjay. "Membacalah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi". 

Banyak membaca akan membuat Anda keliling dunia. Banyak ilmu dan pengetahuan anda dapatkan. banyak pengalaman orang lain bisa anda tiru dan kemudian Anda amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tepat pukul 19.00 WIB acara di mulai. Moderator memulai acara dengan menyapa para peserta KBMN gelombang 28 dan memperkenalkan diri Ibu Raliyanti, S.Sos, M.Pd. Moderator salah satu dari Tim Solid Omjay yang biasa disapa Rali. 

Pada pertemuan kali ini kita membahas tema Mengatasi Writer’s Block dengan narasumber adalah Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr., Seorang guru berprestasi dan sangat menginspirasi. Narasumber adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Narasumber adalah alumni kelas menulis Gelombang Ke 7. 

Ibu Ditta mengatakan "Siapapun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya." Pernyataan tersebut bukan hanya teori tanpa makna, tetapi berdasar pada praktik, tak bisa instan, namun berdasar pada pengalaman yang mungkin dialami oleh narasumber dalam mewujudkan mimpinya sebagai penulis. Kepiawaian para penulis handal sangat diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Om Jay. Bunda Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof Eko dan lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.

Kemampuan handal menulis tidak datang ujug-ujug, tidak juga diperoleh secara instan karena memang keterampilan menulis berbeda dengan makanan instan, dalam hitungan menit setelah dimasak, makanan instan bisa langsung dinikmati, sementara banyak proses yang harus dilalui untuk bisa "menikmati" tulisan kita. Butuh waktu dalam meramu tulisan  hingga menjadi tulisan yang bermutu. Belum lagi terkadang dalam menulis dihadapkan dengan virus mematikan yang dinamakan dengan writer's block, maksud mematikan di sini adalah mematikan kreatifitas menulis. Jaga konsistensi dan komitmen dalam menulis, jangan sampai kreatifitas kita lumpuh bahkan mati gara-gara virus writers block. Siapapun kita baik pemula maupun profesional pasti akan mengalami terserang virus writers block. 

APA ITU WRITER'S BLOCK ?

Wraiter's Block adalah keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya (Wikipedia). Writer's block is a condition, primarily associated with writing, in which an author is either unable to produce new work or experiences a creative slowdown. Istilah writer's block pertama kali diperkenalkan oleh Edmund Bergler seorang psikoanalis di Amerika pada tahun 1940-an. 

Melihat pengertian writer's block tersebut sangat mudah untuk mengetahui apakah kita terkena writers block atau tidak, ketika kita mengalami keengganan dan kejemuan dalam menulis, berarti kita terkena writers block. Setiap orang apapun profesinya baik sebagai novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, copywriter, content writer, script writer,  ghost writer, techincal writer, hingga UX writer memiliki potensi untuk terkena block writer's. Yang membedakan hanya besar atau kecil potensi writer's block tersebut menyerang kita dan seberapa besar kesadaran kita untuk kembali bangkit dari writer's block.

PENYEBAB WRITER'S BLOCK

Sering kita mendengar keluhan beberapa orang terkait ide menulis, padahal sesungguhnya kehilangan ide menulis itu adalah ide juga, yang jika kita dalami akan mampu menghasilkan tulisan.

Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr narasumber pembelajaran KBMN materi writer's block menyampaikan beberapa penyebab seseorang terkena writer's block, di antaranya:

1.Mencoba metode/ topik baru dalam menulis. Seorang penulis kreatif tentu banyak kretifitas yang ia lakukan, seperti mencoba metode atau topik baru, hal ini dilakukan karena merasa jenuh dengan topik dan metode yang ia tekuni saat ini, masa mencoba peralihan dari metode dan topik lama ke baru ini sering mengalami keengganan dalam menulis, ketika berhasil menemukan passionnya kembali berarti kondisi writers block dapat diatasi dengan sendirinya.

2. Stress. Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Stres merupakan bagian alami dan penting dari kehidupan, tetapi apabila berat dan berlangsung lama dapat merusak kesehatan kita. Stres seperti ini menjadi penyebab munculnya writers block penulis, jika dibiarkan lama akan berakibat fatal mematikan kreatifitas menulis. 

3. Lelah Fisik. Lelah fisik karena beban pekerjaan menjadi penyebab hilangnya semangat menulis, usahakan ketika kita bermimpi menjadi penulis luangkan waktu utnuk menulis di mana kita selesai beraktivitas rutin. Salah satu konsistensi yang harus kita jaga selain rutin membaca, juga rutin menjaga waktu menulis dengan durasi yang sesuai dengan kemampuan kita.

4. Terlalu perfeksionis. Khawatir tidak bagus, takut dibully karena tulisan kita tidak bagus juga merupakan gejala writers block. Belajar dari pengalaman bu Ditta saat beliau menulis, tidak pernah menghiraukan baik tidaknya tulisan, pokoknya prinsipnya menulis, terlebih tulisan beliau dalam bahasa Inggris di catatan diary saat duduk di bangku sekolah dasar dan menengah. Setelah sekian lama ternyata tulisan bahasa inggrisnya tidak sesuai kaidah bahasa inggris, baik gramer maupun tensesnya. Saat menulis jangan hiraukan itu, biarkan salah atau typo. Yang penting konsisten menulis kita terjaga. Namun demikian kita harus terus belajar dan belajar, hingga tulisan kita bermutu dan bermanfaat bagi pembacanya.

SOLUSI MENGHADAPI  WRITER'S BLOCK

Intinya solusi dari writer's block adalah bagaimana kita memahami kendala dalam keenganan menulis. Ketika sedang menulis, tiba-tiba muncul rasa malas, baiknya berhenti sejenak kemudian rileks sandarkan tubuh kita dikursi, kemudian tarik nafas dan hembuskan perlahan. Terus ulangi hingga beberapa kali hingga tubuh kita merasakan kenyamanan. Setelah kondisi membaik, lanjutkan menulis kembali.

"Penulis hebat bukanlah penulis yang mampu menyelesaikan tulisannya dalam waktu semalam, penulis hebat adalah penulis yang mampu bangkit dan menulis kembali setelah terkena writer's block."

Ibu Ditta sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD)senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary) lalu saat SMP sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman titik atas arahan guru bahasa Inggris saat itu saya juga menulis diary dalam bahasa Inggris. Ketika SMA, beliau masih menulis diary. beberapa teman dekat yang membaca diary saya sempat berkomentar bahwa tulisan saya sudah seperti novel. Apapun alasannya aktivitas menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya.

Nah, lalu Apa kaitannya cerita saya dengan writers blog? Pertama, mari kita samakan persepsi bahwa aktivitas menulis itu maknanya luas. Sebagaimana dalam kisah di awal, ada tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume dsb.

Writer’s Block menurut Wikipedia diartikan keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menenukan gagasan baru untuk tulisannya. Kita sering terjadi dalam suatu keadaan seperti ini, saat kita menulis tetapi ide yang sedang ditulis lenyap atau hilang.  

Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novel list, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copi writer yang tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film atau sinetron, ada ghost writer, technical writer, hingga UX writer dll. 

Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias writers blog. Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapapun yang masuk dalam dunia kepenulisan. Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya karena WB bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, Minggu, bulan bahkan tahunan. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya. 

Sederhananya itu? WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebutuhan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan disadari ataupun tidak.Istilah writer block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940-an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis Amerika. Berkaca dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Mereinfeksi kita sebagai penulis. Itulah mengapa saya katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat mengakibatkan WB:

1. Mencoba metode atau topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Misalnya ketika jadi penyebab: Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.  Lalu bagaimana ini bisa menjadi salah satu obat WB?

Jawabnya akan berkaitan dengan faktor penyebab WB yang kedua dan ketiga. Solusinya antara lain kita harus mempelajari lebih giat dan banyak berlatih lagi dalam menulis, membaca banyak referensi untuk menambah wawasan yang baru dan mencari inspirasi untuk menulis.

Terkait dengan metode baru tersebut seperti menulis puisi, cerpen atau karya tulis ilmiah (KTI).

2. Stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, dan konflik. Stres juga dapat terjadi bagi setiap penulis, terutama penulis pemula, terutama dalam situasi Writer’s Block. 

3. Lelah fisik atau mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress. Pada akhirnya, jangankan menulis kita bisa merasa jenuh dan suntuk titik terserang WB. Maka, mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi.

Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan. Beberapa teman dan saya sendiri terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing.

Membaca buku-buku ringan untuk cemilan pengisi otak juga bisa menjadi solusi dalam mengatasi WB. Biar bagaimanapun tidak bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata. Oleh sebab hal tersebut, maka dengan membaca kita bisa menambah kosakata. Hingga pada akhirnya jika dilanjutkan menulis insya Allah bisa sekaligus mengatasi WIB.

4. Terlalu perfeksionis. Terlalu memikirkan apakah tulisan saya sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung. Kondisi menulis di mana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas.

Dari pengalaman membaca dan menulisnya, Ibu Ditta menawarkan beberapa solusi jika WB sedang menerpa, sebagai berikut: 

a. Free writing (menulis bebas). Kondisi untuk menulis sesuai target, sesuai aturan, dan sesuai keinginan tidak selalu berjalan mulus sehingga bisa memberi andil untuk WB. Menulis apa saja tanpa memikirkan ejaan, aturan dsb bisa menjadi solusi. 

b. Membaca buku-buku ringan yang kita sukai. Dengan me-refresh kepala dengan bacaan ringan bisa membuat pikiran lebih riang. 

c. Rehat sejenak dan lakukan apa yang disukai. Mengalihkan perhatian dengan menggerakkan tubuh bisa membuat badan dan otak terasa lebih segar. 

d. Mencoba hal baru dalam menulis. Menulis topik baru, cara menulis baru atau hal-hal lain yang terkait dengan menulis bisa juga menjadi alternatif untuk menghalau WB

Setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menghalau WB. tergantung dasar atau sebab dari WB itu sendiri. Penyebab dari WB itu ternyata bermacam-macam, namun akarnya hanya satu yaitu ketidakbahagiaan. Sesederhana itu? Setidaknya itulah kesimpulan dari penelitian dua orang psikolog yang bernama Jerome Singer and Michael Barrios. 

Menurut Jerome Singer and Michael Barrios, ketidakbahagian yang menjadi penyebab WB itu didasarkan pada empat hal: apatis, amarah, kegelisan dan bermasalah dengan orang lain.

Penelitian ini sebenarnya merupakan tindak lanjut dari sebuah penelitian terhadap para penulis dengan latar belakang berbeda yang dilakukan Yale psychologists pada tahun 1970 dan 80-an yang akhir-akhir ini kembali ditinjau New Yorker. WB itu konkrit dan nyata, namun hal tersebut bisa diatasi.

Singkatnya, WB tidak perlu dikhawatirkan karena ia sebuah fenomena yang bisa dicarikan jalan keluar. Memang tidak bisa diremehkan karena hal tersebut kadang menjadi sangat mengganggu, namun akan sangat bergantung pada kuatnya tekad dan keinginan kita untuk terus menulis. Apapun kondisinya, menulis harus tetap jalan dan tetap diusahakan. Jika sebuah tulisan sudah selesai, berarti ada sebuah langkah yang terselesaikan. 

Pada akhir sesi menjawab pertanyaan peserta KBMN gelombang 28 ada pepatah dari Ibu Ditta "It doesn't matter how brilliant is your brain. If u do not speak up, it would be zero." Mari, tuangkan dan sampaikan ide ide kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan perasaan kita agar menjadi lebih bermakna.

Dan sedikit tips dari Ibu Rali yang  kutip dari seorang penulis bernama Mark Twain: "Rahasia untuk maju adalah memulaiRahasia untuk memulai adalah memecahkan tugas-tugas rumit anda yang luar biasa, menjadi tugas-tugas kecil yang dapat dikelola, dan kemudian memulai dari yang pertama."

Kemudian pada akhir pertemuan Bu Ditta menyampaikan “Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai?”. Maka mari mulai dan mari selesaikan.

Menulis itu ya menulis saja. Biarkan tulisan itu sendiri yang menemukan takdirnya. Pesan dari Ibu Ditta: “Mari kita ingat bersama bahwa “menulis” adalah kata kerja. Artinya harus dilakukan baru ia akan bermakna”.