Pertemuan malam ini saya ikuti dengan semangat, ingin bisa menerapkannya di sekolah bersama anak-anak. Pelaksanaan dilakukan secara daring lewat wathsap. Moderator memulai kegiatan dengan mengucap salam dan salam sejahtera bagi kita semua.
Selanjunya moderator memperkenalkan diri. “Perkenalkan, saya Mutmainah biasa dipanggil Emut, berasal dari lebak Banten. Alumni peserta belajar menulis PGRI Gelombang 24 (Januari-Maret 2022).
Moderator menyampaikan akan menemani sahabat nusantara di kelas menulis tanpa sekat dan batas, kemudian menyemangati kita agar kita tetap menyala dalam berkarya. Moderator juga bermohon, semoga niat tetap terjaga untuk menambah ilmu dari narasumber yang luar biasa.
Sebelum masuk kekelas, moderator mengingatkan kita untuk mengisi presensi terlebih dahulu dengan menyematkan link.
Malam ini kegiatan dibagi menjadi 4 sesi yaitu pembukaan, penjabaran materi, sesi tanya jawab, dan terakhir penutup. Bagi yang ingin bertanya dispersilahkan japri ke nomor 08521662847. Tak lama kemudian ibu Mutmainah mengirimkan Profil narasumber malam ini untuk sejenak dimembaca seluruh peserta pelatihan. Berikut profil ibu Widya Setianingsih.
Ternyata beliau adalah alumni KBMN PGRI Gelombang 21 yang karirnya sungguh melesat, beliau adalah moderator sekaligus narasumber, dan sekarang merangkap menjadi editor penulis buku dan puisi “Laras-Laras Makna Dalam Kata. Beliau juga pimpinan redaksi majalah sekolah yang bertajuk Kharisma Di MI Khadijah Kota Malang.
Sambil menuggu bu Widya, moderator mengirimkan
PPT materi MENGELOLA MAJALAH SEKOLAH.
Adapun
isi PPT ini antara lain:
1. Pengertian
majalah sekolah
2. Tantangan
mengelola majalah sekolah
3. Langkah-langkah
menerbitkan majalah sekolah
4. Susunan
redaksi majalah sekolah
5. Manfaat
majalah sekolah
6. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menerbitkan majalah
Selang beberapa saat, narasumber hadir dengan mengucapkan salam. Meskipun dalam keadaan cuaca dingin dan hujan deras. Hati beliau menghangat karena ingin berjumpa dengan sahabat penulis nusantara di KBMN gelombang 28.
Tanpa memperpanjang waktu kelas dimulai. Ucapan terimakasih dilontarkan oleh narasumber kepada peserta pelatihan yang luar biasa. Bu Mutmainah tetap setia menemani malam ini. Ucapan senang dan bahagia kepada semua peserta dengan kalimat “Tak akan mundur, sebelum resume meluncur. Pantang menyerah sebelum buku solo tercipta. Ucapan terimakasih disampaikan juga oleh beliau kepada tim solid dan narasumber di KBMN PGRI
Selanjunya ibu Widya menyampaikan, bahwa beliau dulu hanya pecinta literasi biasa dan berawal dari zero. Kemudian bergabung di komunitas penulis yang mampu melejitkan potensinya untuk menjadi penulis yang produktif. Hanya satu kunci yang beliau ucapkan yaitu “MAU”. Bagaimanapun juga satu ons tindakan lebih berarti dari pada satu ton pemikiran. Ayoo segera bersiap keluar dari zona nyaman untuk menyambut kesuksesan. Saatnya telah tiba, hari ini adalah hari kesuksesan anda sekalian. Jadi kunci yang beliau lakukan sungguh luar biasa. Hanya dengan satu kata “Mau”.
Beliau sangat bersyukur kepada ALLAH SWT, karena dengan KBMN ini beliau dipertemukan dengan sahabatnya yaitu ustazah emut (ibu Mutmainah). Beliau yakin dengan KBMN ini, bahwa semua ini adalah skenario Allah untuk menakdirkan kita semua untuk menuntun langkah kita.
Selanjutnya beliau juga menuliskan puisi:
Kita adalah denting yang beresonansi
Mengurai nada dalam riuh dan sepi
Kita adalah deretan huruf yang berbaris tak berjeda
Mengungkap setiap kisah dalam suka dan duka
Kita adalah seutas tali yang terhubung dalam tarikan jemari berbisik dalam hati, dan bercerita dari dalam mimpi
(Karya:Widya Setianingsih)
Setelah puisi beliau melanjutkan dengan pertanyaan. “Apa yang bapak/ibu rasakan saat ada foto kita, foto anak kita terpampang di sebuah artikel majalah? Entah itu karena prestasi, atau sekedar foto selvi saat melakukan kegiatan sekolah. Pasti bangga, bercampur senang bukan?”
Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa setiap sekolah kita tentu ingin dikenal oleh khalayak luas. Apakah sekolah negeri, lebih-lebih sekolah sawasta. Selain itu sebagai lembaga formal, komunikasi, promosi, dan sosialisasi dengan orang tua, masyarakat sebagai Stake Holder sangat diperlukan. Semua itu terjawab dengan hadirnya Majalah Sekolah. Tentu sebagian dari kita berfikir, rasanya tidak mampu punya majalah sendiri. SDM yang kurang, biaya tidak ada dan dukungan dari sekolah kurang optimal. Itu sama dengan pikiran dan teman saya yang saya rasakan awal mula berdirinya Kharisma (nama majalah sekolah kami). Awal mula, hanya ada dua orang yang merintis terbitnya majalah sekolah. Satu teman saya sebagai pimred merangkap layouter. Dan saya sebagai pemburu berita merangkap bendahara.
Jangan
dibayangkan majalah Kharisma diawal seperti saat ini bapak/ibu. Majalah kami
hanya berukuran setengah kertas folio. Untuk mencetaknya kami hanya mampu
fotokopi. Layout dengan cara gunting dan temple. Kemampuan menulis apa adanya
bukan soalan. Yang kami inginkan hanya berbagi informasi, berita, dan cerita
tentang anak didik kami. Akhirnya majalah pertama sekolah kami bisa sampai
ditangan anak didik kami. Saat itu penggandaan majalah didanai oleh sekolah.
Perjalanan majalah sekolah yang apa adanya tersebut berjalan hingga dua tahun.
Tetap dengan dua crew yang bertugas rangkap. Sampai akhirnya kami harus melepas
majalah Kharisma di tahun ke tiga. SDM yang terbatas dan dana menjadi kendala
utama. Dua tahun Kharisma melakukan hibernasi. Hingga akhirnya kami bangun
kembali. Selama tidur panjang kami sibuk berbenah. Crew majalah kami
melengkapi. Mulai dari penasehat, penanggung jawab, pimred, bendahara, editor,
layout, hingga 4 orang pemburu berita. Bu Widya sampai mengajukan proposal yang
detail pada pihak yayasan/sekolah. Mencari solusi pendanaan selain dari dana
BOS. Mempercantik tampilan hingga ke percetakan. Mempertebal muatan bergizi
dari isi majalah.
Tahun
2010 bu Widya dipercaya untuk menjadi Pimred. Dengan kepercayaan terhadap timnya
dengan crew yang saling membantu dengan bismillah sampai sekarang bu widya
memegang amanah. Kunci utamanya adalah MAU. InsyaAllah setiap kesulitan ada dua
kemudahan yang Allah siapkan. Tetapkan niat, dan InsyaAllah tiba-tiba ada jalan
yang terbentang. Jangan takut mencoba, maka kita akan tetap stay di tempat. Ada
rintangan, halangan itu hal yang wajar. Apalagi saat mengawali. Berat memang.
Tapi bukan berarti itu Tak Mungkin dan Tak Ada Solusi. Bismillah.
Cergam
Kharisma, bercerita tentang tokoh kaka dan Risma. Dilukis sendiri oleh guru MI
Khadijah. Salam redaksi membuat kata sapaan pimred kepada pembaca sesuai
kondisi terkini, menyampaikan tema edisi kali ini, dan isi majalah secara
singkat. Karya siswa bisa berupa puisi, cerpen, dan karya kerajinan siswa
(Keterampilan KI 4). Artikel tambahan do you know. Yang memuat pengetahuan umum
untuk siswa. Disajikan dalam 2 bahasa yaitu bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia. Kuiz berhadiah bisa berupa TTS, tebak gambar dll.
Itulah
sekilas paparan dari beliau tentang kisah perjalanan majalah Kharisma. Setelah
penjelasan panjang lebar bu widya mengajak kita praktek langsung. Bu widya
minta kepada seluruh peserta untuk membayangkan sekolah kita masing-masing.
Setiap sudut kelasnya, siswanya, rumput dan tabaman sekitar yang ada disana.
Bayangkan lagi pimpinan kita, kawan seperjuangan yang tegak berdiri berjuang
bersama kita. Tak terkecuali siswa-siswi kita tercinta. Bayangkan…Tentu banyak
kisah, berita, prestasi yang bertebaran setiap harinya…Mari kita coba tuangkan
dalam tulisan pada malam ini.
Saat ini
majalah kami memasuki edisi ke 23. Bu widya memberikan tantangan kepada para
peserta KBMN. Tantangannya yaitu menuliskan artikel apa saja di blog. Waktu
yang diberikan 15 menit. Jika ada foto sertakan foto, gunakan bahasa
yang ringan, menarik, informatif dan komunikatif. Tidak lama setelah tantangan
berlangsung , salah satu peserta bernama Indah Ratna menulis di blognya tentang
Membiasakan kerjasama, Sri Mulyati (tentang Bisa karena terbiasa”. Group
tantangan di tutup. Udah 20.15 WIB. Hampir 20 blog yang ikut tantangan.
Bu widya
memberikan Uplous kepada semua peserta, tandanya semua bisa dan siap menjadi
pimpinan redaksi majalah sekolah masing-masing. Ungkap moderator materi dari narasumber
sudah selesai dan sangat mengispirasi. Kuncinya jangan takut mencoba sesuatu
yang baru. Kerja keras..dan semangat. Syukur bisa mengikuti sekolah beliau yang
memiliki majalah sekolah yang luar biasa.
Tiba
waktunya memasuki sesi Tanya jawab:
1. Toto dari bekasi
Di slide 10 ada istilah ISSBN.
Kepanjangannya, apa bu?
Mengacu pada WIKIPEDIA. ISBN
(International Standard Book Number) adalah kode pengidentifikasian buku yang
bersifat unik. Informasi tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit
tercakup dalam ISBN. ISBN terdiri dari deretan angka 13 digit, sebagai pemberi
identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit. Saat ini
ISBN diganti QCRBN Yaitu (QR Code Standard Book Number) adalah aplikasi
pengidentifikasi buku dengan teknologi terbaru QR Code sebagai pemberi
identifikasi unik secara internasional terhadap satu buku maupun produk seperti
buku yang diterbitkan oleh penerbit. Dengan nama lain kode paten bahwa buku itu
adalah karya kita yang tiak bisa di ambil atau di bajak orang lain.
2. Anonim
Mengelola majalah sekolah (MS)
memang tidak mudah. Betul, dieprlukan kemauan kuat, dan kadang siap apa saja.
Jika tulisan terlambat datang, kitalah resepnya. Banyak contohnya untuk majalah
komunitas semacam ini. Yang nulis itu-itu terus. Tapi sebenarnya kalau kita
punya tabungan naskah, enak. Setidaknya 1,2 penerbitan. Majalah kecilku dulu
terbit tiap bulan. Jadi sering kepenthal-ponthal bu Widya, majalah sekolah
dengan hard cover apa tidak mehong. Apakah orang tua tidak berat membayarnya. Wajib
kan?
Memang semua itu harus memiliki
seseorang yang menjadi motor suatu organisasi. Yang mendorong mengompori crew.
Tapi kita tidak perlu bersusah payah menulis sendiri. Libatkan siswa kita untuk
ikut serta menulis. Pasti orang tua akan lebih senang anaknya berkarya. Kita
bisa memang sendiri buddet dari majalah kita. Majalah kharisma terdiri dari 40
halaman, dengan 10 halaman berwarna. Biaya cetaknya 10 -11 ribu saja. Jika
ingin lebih menekkan budget kurangi halamannya, bisa hitam putih tidak perlu
warna.Orang tua tentu tidak keberatan jika mereka paham dan mengerti tentang
pentingnya majalah sekolah. Bahkan ikut promosi dan bangga dengan adanya
majalah sekolah. Lebih-lebih jika foto anaknya terpampang di majalah. Bisa-bisa
satu RT di pamerin semua.
3. Indah ratna
Bagaimana langkah atau trik
sederhana untuk membuat majalah sekolah yang simple dan menarik, sehingga
harapan nantinya mendapat dukungan dari sekolah, guru dan orang tua siswa.
Langkah-langkah
menerbitkan majalah sekolah
1. Menyatukan ide dan gagasan . Mencari teman-teman yang memiliki jiwa literasi dan organisasi. Membentuk susunan redaksi majalah
2. Mengajukan proposal. Membuat proposal meliputi latar belakang, tujuan, susunan redaksi, anggaran dan sebagainya.
3. Membuat rancangan majalah. Menentukan nama majalah, isi berita, pendanaan dan lain-lain.
4. Mencari rekanan
pendukung, percetakan, sponsor dan lain-lain.
5. Melakukan sosialisasi tentang manfaat, pentingnya suatu majalah pada orang tua.
4. Imrro’atus Sholihah (Jombang Jatim )
Bagaimana proses yang mudah untuk mengajukan ISSN/ISSBN? Apa syarat-syaratnya?
1. Mengisi formulir surat pernyataan disertai dengan stempel penerbit dengan menunjukkan bukti legalitas penerbit atau lembaga yang bertanggung jawab (akta notaris).
2. Membuat surat per,ohonan atas nama penerbit (berstempel) untuk buku yang akan diterbitkan
3. Mengirimkan atau melampirkan fotokopi I karya kita
5. Anonim
Apa perbedaan majalah sekolah, jurnal dan bulletin?
Perbedaannya:
1) Majalah
- Ukuran umumnya A4, Letter dan B5 atau F4
- Kertas yang digunakan lebih halus dan tebal (art paper,art carton
- Memuat artikel yang berisi topic popular bagi masyarakat umum
2) Tabloid
- Ukuran umumnya A3
- Kertas yang dipakai lebih
kasar dan tipis (kertas Koran)
- Cendrung mengangkat
artikel tentang gosup, astrologi, berita criminal dan olahraga
3) Buletin
- Ukuran umunya F4, A5 atau A4
- Kertas yang digunakan lebih ahlus (art paper)
- Memuat artikel yang berisi topic kejadian popular
Ada
ungkapan dari beliau sebelum kelas di tutup yang mendorong kita untuk memilki
kekuatan dan kemauan untuk melalukannya.
“Sahabat
penulis, kita tidak akan tahu seberapa besar kemampuan kita sebelum kita
mencoba menghadapi kesulitan. Tuangkan rasa cinta pada lembaga kita dengan
membuat sekolah kita popular dengan hadirnya majalah sekolah.
Teruslah
berjuang…
Akan ada
tangan-tangan orang baik yang akan menguatkan langkah kita."
Beliau
mengucapkan terimakasih kepada ustazah Mutmainah yang telah membersamainya
selama dua jam. Semoga keberkahan selalu menaungi hidup kita. Tetaplah
menjadi sinar yang selalu menghangatkan gigiku. Menjadi tenang yang merdangkan
gelisahku.
Tak lupa
pula beliau mengucapkan permohonan maaf dalam penyampaian materi dan diskusi
apabila ada ketidakpuasaan atas jaawaban yang di berikan. No body
perfect ‘’kata beliau” begitu pula dengan dirinya. Beliau menawarkan
bantuan jika kita membutuhkan bantuannya dalam mengelola majalah sekolah.
Dengan senang hati beliau akan membantu dengan sepenuh hati.
Moderator juga mengucapkan mohon maaf jika selama membersamai peserta sahabatnya memiliki kekurangan dan kesalahan yang mungkin tak sengaja melukai hati. Mari bergandengan tangan untuk menyemarakkkan literasi di negeri tercinta. Bersama kita pasti bisa menebar warna lain indah dalam goresan karya.
Selamat malam, sampai berjumpa lagi. Izinkan saya undur diri. Waalaikum salam wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar